Saturday 15 June 2013

CENDANA (Santalum album)

Cendana (Santalum album Linn) sejak manusia di dunia (sejak jaman Firaun) mengenal wewangian (atsiri) dan bahan pengawetan (pembalsaman, seperti di Truyan Bali, Toraja, Mesir,China dll ) puluhan abad yang lalu hingga kota Paris terkenal dengan produsen parfum, aroma teraphy dll.
International Union for Conservation of Natural Resource (IUCN), 1997 sudah memasukkan cendana jenis Santalum album Linn. ke dalam kategori jenis yang hampir punah (vulnerable). Cendana merupakan tanaman langka dan salah satu tanaman industri dan komoditi bagi masyarakat, karena selain harga minyaknya mahal juga bisa digunakan sebagai obat alternatif, serta untuk membawa orang lebih dekat dengan Tuhan. Cendana diburu secara illegal di pelosok-pelosok hutan tropis terdalam sekalipun (hutan di Papua, Kalimantan, Sumatera, NTT).
Cendana (Santalum album) merupakan komoditas unggulan Provinsi NTT. Tanaman cendana tumbuh baik pada ketinggian antara 50 – 1200 meter dpl, dengan curah hujan 1100 – 2000 mm/tahun. %. Cendana juga dapat hidup netral di tanah pasir, krikil, bebatuan, gambut dsb.
Pertumbuhannya yang lambat dan jangka waktu panen kayu teras yang mencapai 40-50 tahun membuat harga kayu cendana relatif mahal. Pada umur 50 tahun, setiap batang pohon cendana menghasilkan ata-rata 50-70 kg kayu teras. Sementara pada umur yang sama, dari akar pohon cendana dapat dihasilkan 60 kg kayu teras. Populasi tanaman cendana banyak ditemukan di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Belu, dan Kupang.
Cendana adalah tumbuhan parasit pada awal kehidupannya. Kecambahnya memerlukan pohon inang untuk mendukung pertumbuhannya, karena perakarannya sendiri tidak sanggup mendukung kehidupannya.
Secara morfologis tanaman cendana memiliki ciri-ciri seperti berikut pohon kecil sampai sedang, menggugurkan daun, dapat mencapai tinggi 20 m dan diameter 40 cm, tajuk ramping atau melebar, batang bulat agak berlekuk-lekuk, akar tanpa banir. Daun tunggal, berhadapan, agak bersilangan, bertangkai daun, gundul, bentuk elip, tepi rata, ujung runcing tetapi kadang-kadang tumpul atau bulat. Perbuangan terminal atau eksiler, recimus articulatus, bunga pedicel 3-5 cm, gundul, tabung perigonium berbentuk campanulatus, panjang 3 mm dan diameter ±2 mm, memiliki 4 cuping perigonium, bentuk segi tiga, tumpul pada bagian ujung dan kedua permukaan gundul.
Cendana memiliki buah batu dan bulat, waktu masak daging kulit buah berwarna hitam, mempunyai lapisan eksocarp, mesocarp berdaging, endocarp keras dengan garis dari ujung ke pangkal. Pohon cendana mempunyai ciri-ciri arsitektur: batang monopodial, arthotropis (mengarah ke atas), pertumbuhan kontinu. Perbuangaan di ujung dan atau di ketiak daun. Umur masak tebang (daur) cendana adalah 50 -60 tahun.
Pada umumnya musim berbunga mulai desember–januari . Buah masak pada maret-juli. Dalam 1 kg terdapat 5000-8000 biji yang mengandung 60% minyak merah kehitaman yang kental. Minyak semakin kental jika terkena sinar matahari atau dipanaskan. Selain biji, daun juga menghasilkan minyak berwarna kuning pucat.
Cendana, dari segi pranata adat mempunyai nilai sosial budaya yang tinggi, misalnya orang Miomaffomemandangnya sebagai tanaman keramat yang diistilahkan dengan “Pah in balun” (hasil sari dari alam) sehingga pemanennya dilakukan melalui ritual adat, dan sering dimanfaatkan dalam upacara adat, yaitu untuk mengusir rohroh jahat khususnya yang berkaitan dengan kegiatan keluarga di desa-desa.
Cendana merupakan hasil hutan ikutan yang dapat menghasilkan minyak atsiri dengan aroma yang spesifik. Disamping itu cendana mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan memiliki cakupan pemanfaatan dalam skala nasional dan internasional.
Sejarah membuktikan, bahwa cendana telah diperjualbelikan sejak abad ke-3. Waktu itu banyak kapal dagang yang datang ke Pulau Timor dan Pulau Sumba, kemudian diangkut ke pelabuhan transito di wilayah Indonesia bagian barat (Sriwijaya) untuk selanjutnya diteruskan ke India. Hal tersebut menarik perhatian bangsa-bangsa lain, hingga pada abad ke-15 datanglah bangsa Eropa (Portugis, Belanda) ke Pulau Timor untuk melakukan transaksi cendana. Sejak itu perdagangan cendana semakin marak, di Pulau Timor terdapat 12 pelabuhan yang ramai dikunjungi kapal dagang mancanegara.
KEGUNAAN CENDANA
Nilai ekonomi yang tinggi dari cendana dihasilkan dari kandungan minyak (santalo) dalam kayu yang beraroma wangi yang khas. Minyak cendana dihasilkan dari hasil penyulingan kayu, dan digunakan sebagai bahan obat-obatan dan bahan minyak wangi (parfum). Kayunya dipergunakan sebagai bahan industri kerajinan seperti ukir-­ukiran, patung, kipas, tasbih, dan lain-lain.
Minyak cendana banyak diekspor ke Eropa, Amerika, China, Hongkong, Korea, Taiwan dan Jepang. Sedangkan produk kerajinan dari kayu cendana banyak untuk konsumsi dalam negeri. Kebutuhan minyak cendana dunia sekitar 200 ton per tahun.
Minyak cendana memiliki kemampuan pengikatan dan pencampuran yang baik. Oleh karena itu minyak cendana banyak digunakan pada industri parfum, kosmetik, dan perlatan mandi. Minyak cendana bersifat antiseptik dan antibakteri. Beberapa tetes minyak cendana dapat menenangkan penyakit bronkitis yang kronis. Di china, minyak cendana dapat digunakan untuk mecegah mual, muntah, dan sakit perut. Pemanfaatan lain pada beberapa produk pangan dan industri minuman. Jumlah yang diperbolehkan maksimal 0,001%.
Minyak Cendana juga digunakan sebagai obat gosok (dicampur dengan minyak kelapa). Minyaknya mengandung santalol. Aroma minyak sangat harum, kental dan berwarna kuning. Jika digunakan keharuman terus melekat berhari-hari, kandungan minyak terdiri atas 90% sesquisterpen alkohol dengan komponen santalol berunsur 45-47% alfa-santalol dan 20-30% beta-santalol. Beberapa kompponen minyak cendana kini disintesis untuk mensubsitusi minyak aslinya seperi sandela, santaliso, kampanil sikloheksanol dan trimetilsiklopentenil.
Kayunya (yang dipelihara sampai berumur 20 – 40 tahun) dijadikan perhiasan, patung, kipas, kotak cerutu dan alat rumah tangga lainnya. Kayu cendana, terutama kayu terasnya dimanfaatkan sebagai bahan baku industri minyak cendana, patung/ukiran, kipas, bahan kosmetik dan sebagai bahan pelengkap pada upacara ritual keagamaan.

Kayunya digunakan sebagai rempah-rempah, bahan dupa, aromaterapi, campuran parfum, serta sangkur keris (warangka). Kayu yang baik bisa menyimpan aroma cendana selama berabad-abad. Menurut kisah setempat, di Sri Lanka kayu ini digunakan untuk membalsam jenazah putri-putri raja sejak abad ke-9.

11 comments: