Hasil hutan
selain kayu, yang lebih dikenal dengan sebutan HHBK (hasil hutan bukan kayu),
selalu menduduki peran penting dan besar dalam ekonomi kehutanan di
negara-negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia. Hal ini tidak lepas dari
banyaknya jenis HHBK yang dapat diperoleh dari hutan, baik yang berasal dari
tumbuhan (HHBK nabati) maupun dari hewan (HHBK hayati). Pemanfaatan HHBK pada
umumnya untuk memenuhi kebutuhan akan pangan, energi, dan obat-obatan (HHBK FEM),
serta pemanfaatan lainnya (HHBK non FEM).
Pengembangan
HHBK dinilai strategis, tidak hanya bagi kepentingan ekonomi, tetapi juga
kelestarian hutan. Paham ini berakar dari banyaknya potensi HHBK yang mungkin
dapat dimanfaatkan dari hutan, dimana beberapa diantaranya memiliki nilai pasar
yang sangat kuat, sehingga mampu mendukung pembangunan sosial masyarakat
melalui peningkatan pendapatan dan keuntungan masyarakat sekitar hutan yang
selama ini terpinggirkan.
Strategi
yang dapat dilakukan untuk mempertahankan pasokan produk HHBK yang makin langka
tersebut hanya ada tiga cara, yaitu :
1. Eksplorasi
makin jauh ke dalam hutan agar terus mendapatkan pasokan
2. Mengganti
dengan produk HHBK lainnya yang sejenis
3. Mengembangkan
cara pemungutan yang lebih baik dan lestari atau membudidayakannya
No comments:
Post a Comment